MAKALAH BAHASA INDONESIA
KENAKALAN REMAJA dan DAMPAKNYA
BAGI MASA DEPAN BANGSA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
HELMANSYAH. R. M ( 11 202 118)
HARDIONO PANJAITAN (11 202 110)
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
M E D A N
2 0 1 2
==============================================================================
KATA PENGANTAR
Segala
puji penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa semoga kita selalu dalam
lindungan-Nya, serta penulis selalu bersyukur kepada-Nya sehingga pada hari ini
masih diberikan kesempatan untuk membuat makalah ini. Seterusnya kita kirimkan
salawat beserta salam kepada arwah nabi besar Muhammad SAW sebagai suri teladan
yang patut kita teladani, semoga Allah memberikan salawat beserta salam kepada
beliau, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Beragam
upaya telah penulis lakukan dalam membuat makalah ini dengan judul ”Kenakalan
Remaja dan Dampaknya bagi Masa Depan Bangsa ”. Penulis dengan maksud
penulisan ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
juga meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada pihak yang merasa kurang
nyaman dengan kata-kata yang ada di dalam makalah ini. Disamping
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi sehingga tulisan
ini bisa diselesaikan.
2. kepada Ibu Dra. Masnun, MPsi selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang selalu membina kami.
2. kepada Ibu Dra. Masnun, MPsi selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang selalu membina kami.
3.
kepada teman-teman yang selalu ada untuk tempat bertanya.
Terahir
penulis meminta maaf karna tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis
meminta kritik dan sarannya demi sempurnanya penulisan ini pada masa
mendatang. Semoga karya ilmiah ini sejalan dengan harapan penulis.
Medan, 9 Juli 2012
Tim Penulis
i
==================================================================================================
Kata Pengantar……………………………………………………………………… i
Daftar
Isi……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah………………………………………………………………… 1
B.
Identifikasi Masalah……………………………………………………………… 1
C.
Tujuan Penulisan
…………………………………………. 1
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
1.
DefenisiKenakalanRemaja
………………………………….. 2
2.
BentukdanAspek-aspekKenakalanRemaja
………………….. 2
BAB III PEMBAHASAN
1.
PengertianKeenakalanRemaja
………………………………. 6
2.
DefenisikehiupanRemaja
……………………………………. 6
3.
FaktorPenyebabKenakalanRemaja
………………………. 10
4.
ContohKenakalanRemaja
………………………………… 10
5.
MenanganiKenakalanRemaja …………………………….. 15
BAB IV SIMPULAN dan
SARAN
A.
Simpulan
………………………………………………….. 17
B.
Kritikdan Saran
…………………………………………………….. 18
C.
DaftarPustaka
…………………………………………….. 19
i
==============================================================================
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tumbuh
kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.Perilaku
kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar
berita ditelevisi maupun di radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja
diantaranya tawuran , pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA ,
pemakain narkoba dan lain-lain.Kehidupan remaja pada masa kini mulai
memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini
tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara.
Bahkan perilaku mereka cenderung merosot. Remaja seringkali sulit mengatasi
masalah mereka. Karena permasalahan – permasalahan remaja yang sulit mereka
atasi maka berakibat pada timbulnya kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu
harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang
menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri,
lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.Oleh karena itu , kami sebagai
remaja yang berpendidikan sadar bahwa kenakan remaja harus segera dihilangkan,
kami mengangkat permasalahan ini sebagai bahan karya tulis.
B.
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi Masalah dalam Makalah “Kenakalan Remaja
dan Dampaknya bagi Masa Depan Bangsa adalah :
- Pengertian kenakalan remaja
- Dimensi Kenakalan Remaja
- Faktor
Penyebab kenakalan
remaja
- Defenisi perkembangan
- Contoh kenakalan remaja
- Menghindari dan mengatasi kenakalan
remaja
- Motivator
C. Tujuan
Penulisan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua siswa, manfaat tersebut di
antaranya sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi persyaratan
penilaian bidang studi bahasa Indonesia
2. Sepaya
semua siswa selalu bersikap waspada dalam melakukan semua kegiatan
3. Mengetahui
dan menyadari betapa bahanya jika kita terjerumus ke dalam hal-hal yang
negative
4. Menambah
wawasan kita sebagai pelajar
5. Supaya
semua siswa dapat lebih disiplin
1
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan
istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis,
yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat sifat khas pada periode
remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere”
yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal,
anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana
dan lain sebagainya. Juvenile
delinquency atau
kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anakanak muda, merupakan gejala
sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu
rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai
pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003). Mussen dkk (1994),
mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum
atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18
tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi
hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat
seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan
Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu
kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan
18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
Sarwono
(2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa
kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan
remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak
dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Dari pendapat-pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah
kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik
terhadap
dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
2. Bentuk
dan Aspek-Aspek Kenakalan Remaja
Menurut
Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, yaitu :
a.
Kenakalan terisolir
(Delinkuensi terisolir).
2
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar
dari remaja nakal. Pada umumnya
mereka
tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor faktor berikut :
1)
Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik
batin yang tidak dapat diselesaikan.
2)
Mereka kebanyakan berasal
dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur
kriminal. Sejak
kecil remaja melihat adanya
gang-gang
kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan
kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu.
3)
Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak
frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di
tengah lingkungan kriminal.
Gang
remaja nakal memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.
4)
Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan
kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup
menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, delinkuen terisolasi
itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan
dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun pada usia dewasa,
mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling
sedikit 60 % dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun.
Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan
dirinya
sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki
peran sosial yang baru.
b. Kenakalan neurotik
(Delinkuensi neurotik)
Pada
umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara
lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa
dan lain sebagainya. Ciri - ciri perilakunya adalah :
1)
Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya
berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
2)
Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan,
karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan
dan kebingungan batinnya.
3)
Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis
kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh
korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.
4)
Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga
mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya
juga neurotik atau psikotik.
5)
Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
6)
Motif kejahatannya berbeda-beda.
7)
Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).
3
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
c. Kenakalan psikotik
(Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi
psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan
segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya.
Ciri tingkah
laku mereka adalah :
1)
Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin
keras namun tidak konsisten,
dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan
mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan
afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan
orang lain.
2)
Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
3)
Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat
diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya
mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit
sekali diperbaiki.
4)
Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan normanorma sosial yang umum
berlaku, juga tidak peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.
5)
Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan
untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk
kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut:
tidak
memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, selalu
mempunyai konflik dengan
norma
sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu menentang apa dan
siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa
sebab.
d. Kenakalan defek
moral (Delinkuensi defek moral)
Defek
(defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi
defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial,
walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi
pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka
tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak
mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan
perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat
terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif
dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif
yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap
pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka
merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang
meledak.
4
Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi
penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan
kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di
antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80 % mengalami kerusakan
psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yan salah.
jadi mereka menderita defek mental. Hanya
kurang dari 20 % yang menjadi
penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.
Jensen
(dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat
bentuk
yaitu:
a.
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan,
pembunuhan, dan lain- lain.
b.
Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan
dan lain- lain.
c.
Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran,
penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
d.
Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara
membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.
Hurlock
(1973) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat
bentuk, yaitu:
a.
Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.
b.
Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas,mencuri, dan
mencopet.
c.
Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti
membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.
d.
Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan
tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam.
Dari beberapa bentuk kenakalan pada
remaja dapat disimpulkan bahwa
semuanya
menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta
lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya diambil dari pendapat Hurlock (1973)
& Jensen (dalam Sarwono, 2002). Terdiri dari aspek perilaku yang melanggar
aturan dan status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain,
perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan
korban fisik.
5
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kenakalan Remaja
Masa remaja merupakan
masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap
berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali
mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
sebagai akibat terjadinya perubahan social. Masa remaja merupakan sebuah
periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya
seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda
awal keremajaan ternyata tidak lagi sesuai sebagai patokan atau batasan untuk
pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia
belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun.
Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah atau sedang mengalami
pubertas, namun tidak berarti ia sudah bias dikatakan sebagai remaja dan sudah
siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang
dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan
balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak
memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka
menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di
lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak
perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali
perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai
pengesahan akan keremajaan seseorang.
Namun satu hal yang pasti, konflik
yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada
berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka
perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensinya.
2. Dimensi Kehidupan
Remaja
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada
remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk
ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam
memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang
berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle Stimulating Hormone (FSH);
dan 2). Luteinizing Hormone (LH).
6
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang
pertumbuhan estrogen dan progesterone itu adalah dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial Cell
Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan
secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa
sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik
seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk
Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu
sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.
Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional
konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum
mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan
system pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode
belajarmengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan
cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh
orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga
anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi
terbaik.
7
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai
bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978)
menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi
masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya:
politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima
hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka
selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja
akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan
hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para
remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik
dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada
remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada
di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola
pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari
sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini
diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan
sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini
lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis,
apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai
tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan
alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.
Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif
supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua
yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku, akan
membuat seorang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di
luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya
jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan
dengan yang diberikan oleh orangtua.
8
Konflik
dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
d. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh
Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja
rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari suasana hati “senang
luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa
jam untuk hal yang sama. Perubahan yang drastis pada para remaja ini,
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah. Meski suasana hati remaja yang mudah berubah-ubah dengan
cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka. Mereka sangat
rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain
sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan. Remaja cenderung untuk
menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan
berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam
di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada
kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan
jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas,
keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain
tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau
pun dipikirkannya.
Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang
lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan
dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka
dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu,
sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan
mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan sebagian karena mereka tidak sadar
dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan
perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa
tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri
positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri
sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang
lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi
masalah itu sebagai “seseorang yang baru”, berbagai nasihat dan berbagai cara
akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan
oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
9
Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi
remaja dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang
telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang
bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko
dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa
remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, aktivitas
sosial yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti
balapan, selancar udara, dan layang gantung. Alasan perilaku yang mengundang
resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik rasa
takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan
dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.
3. Faktor Penyebab
Kenakalan Remaja
Pada
hakikatnya kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa factor diantaranya :
1. Kurangnya
perhatian dan kasih sayang orang tua
2. Rendahnya
keteladanan dari orang-orang dewasa
3. Keadaan
keluarga yang tidak nyaman.
4. Beredarnya
VCD porno baik di dalam negeri maupun di luar negeri
5. Semakin
banyaknya siaran televisi swasta selalu di tiru oleh siswa
6. Karena
factor lingkungan yang kurang baik.
7. Serta faktor lainnya yang mendukung remaja untuk
bertindak diluar batas norma
yang
pada akhirnya merugikan dirinya sendiri.
4.
Contoh Kenakalan Remaja
Pada umunya kenakalan remaja ini
dilakukan oleh anak yang berumur antara 15-18 tahun. Masa remaja merupakan masa
dimana sedang beralihnya masa anak - anak menuju masa kedewasaan. Pada masa ini
jiwa mereka masih labil dan mereka tidak memiliki pegangan yang pasti. Mereka
berbuat sesuai dengan pikiran dan nalar, perbuatan itu mereka lakukan dalam
mencari jati diri mereka sebenarnya.
Jenis Kenakalan Remaja antara lain :
Jenis Kenakalan Remaja antara lain :
10
• Penyalahgunaan narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika
dan obat atau bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah
napza yang merupakan singkatan dari 'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'.
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok
zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar
kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar
batas dosis.
Penggunaan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba atau napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
Jenis – jenis narkoba :
Penggunaan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba atau napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
Jenis – jenis narkoba :
a.
Putauw
Nama
lainnya adalah Pe-te ,zat ini adalah turunan ke lima - ke enam dari Heroin yang
dibuat dari bunga yang namanya Opium. Ada dua jenis yaitu jenis Banana dan
jenis Snow White yang berbentuk seperti Bedak.
b.
Shabu – shabu
Ini
adalah nama gaul dari Methamphetamine ,berbentuk kristal seperti gula pasir
atau seperti VETSIN (bumbu penyedap makanan).
Ada
beberapa jenis antara lain : Chystal ,Coconut ,Gold River.
11
c. Ecstasy
Yang
satu ini adalah zat Psikotropika ,jenis yang populer beredar dimasyarakat
adalah : Alladin , Apel , Electric , Butterfly dengan nama Gaul yang bermacam -
macam.
d. Cannabis
d. Cannabis
Cannabis
atau yang dikenal juga dengan nama Tetrahidrocana hidrol ,adalah jenis tanaman
yang dikeringkan dengan efek dapat membuat pemakainya menjadi teler atau fly.
• Seks bebas
Banyak
yang bilang bila pergaulan remaja saat ini sudah sangat jauh berubah dibanding
pada masa-masa sepuluh tahun silam. Remaja sekarang lebih mampu berekspresi
pada emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa sembunyi-sembunyi dan malu seperti
dulu. Dengan biasa mereka mengexpresikan perasaan cinta dan sayang pada pacar
mereka di tempat-tempat umum. Sudah umum dilihat saat ini bila di mall-mall
para remaja biasa bergandengan tangan, berpelukan bahkan berciuman.
Remaja
dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang menciptakan kondisi
yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap
dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan,
yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini
seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation).Terlebih lagi
ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya
perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas
mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal
termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS).
Seks bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular
seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah
makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit
kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS).
12
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama.
•
Tawuran antara pelajar
•
Merokok
•
Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos,
terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
•
Kebut - kebutan, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian
kota dengan kecepatan yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para
pemuda belasan tahun.
•
Membentuk kelompok (genk) anak muda yang tingkah lakunya sangat menyimpang
dengan norma yang
berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.
• Remaja dan
Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan
suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya.
Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif
bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang
merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan ( reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya
tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana,
2004).
13
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama
dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok
sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya sampai saat ini
masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal
ini dimungkinkan karena permasalahan
Kenakalan
remaja dapat disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal :
a)
Krisis
identitas
•
jati diri adalah kepribadian yang muncul pada diri seseorang secara alami
dengan kronologi tertentu,
• Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita ini,
• Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita ini,
•
jati diri adalah ciri-ciri atau gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan
daya gerak dari dalam
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Masa remaja adalah ketika seseorang mulai ingin mengetahui siapa dan bagaimana dirinya serta hendak ke mana ia menuju dalam kehidupannya. Tampak bahwa perkembangan identitas diri pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh perlakuan orang tua. Penyelesaian masalah-masalah remaja yang berhubungan dengan pencarian identitas diri, secara demikian, memerlukan keterlibatan orang tua secara tepat dan efektif.
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Masa remaja adalah ketika seseorang mulai ingin mengetahui siapa dan bagaimana dirinya serta hendak ke mana ia menuju dalam kehidupannya. Tampak bahwa perkembangan identitas diri pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh perlakuan orang tua. Penyelesaian masalah-masalah remaja yang berhubungan dengan pencarian identitas diri, secara demikian, memerlukan keterlibatan orang tua secara tepat dan efektif.
b) Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
14
Factor Eksternal :
a) Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b) Teman sebaya yang kurang baik
c) Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
5.
Menangani Kenakalan Remaja
Pengentasan
masalah siswa yang berhubungan dengan kenakalan remaja tidak hanya memerlukan
perubahan insidental pada sikap dan perlakuan orang tua serta berbagai elemen
dalam masyarakat, melainkan juga dengan pengungkapan dan pemahaman mendalam
terhadap faktor-faktor timbulnya tingkah laku yang tidak dikehendaki itu.
Artinya, diperlukan penelusuran terhadap kehidupan yang dilalui sebelumnya
dengan pendekatan dan teknik bantuan profesional. Kehidupan remaja tersebut
sebagian besarnya terkait dengan kehidupan dalam keluarga dan kondisi orang tua
mereka.
Memang untuk mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara kompak sehingga permasalahan yang di hadapi para remaja dapat ditangulangi secara tuntas. Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Memang untuk mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara kompak sehingga permasalahan yang di hadapi para remaja dapat ditangulangi secara tuntas. Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penanganan di Lingkungan Keluarga
Adanya
kemauan dan motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya. Terutama orangtua untuk
membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan
baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada
tahap ini. Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta
orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus
bergaul.
15
2. Penanganan di Lingkungan Sekolah.
Menanggulangi
masalah kenakalan remaja termasuk pengguna narkoba (narkotik dan obat terlarang
) khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru agama, PKn, bimbingan
konseling, olahraga kesehatan, dan biologi secara terintegrasi
a) Pendekatan melalui agama
a) Pendekatan melalui agama
b)
Pendekatan melalui moral dan hukum (PKn)
PKn merupakan bidang studi yang mengajarkan nilai, norma, dan moral kepada siswa, untuk itu guru PKn memeliki kewajiban untuk ikut menyelesaikan masalah kenakalan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui proses pembelajaran dengan menggunakan multi metode dan media seperti Value Clarification Technik (pembinaan nilai), sosio drama, bermain peran, liputan, diskusi, pertemuan kelas, dan pemberian tugas. Penggunaan metode ini hendaknya disesuaikan dengan pokok bahasan, situasi dan kondisi
c) Pendekatan melalui olahraga kesehatan
Olahraga
adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja terutama
pengguna narkoba.
d) Pendekatan melalui bimbingan Konseling
Bimbingan
konseling sangat berperan dalam menangani masalah siswa (remaja). Melaui BP
diharapkan siswa mau menyampaikan masalah yang dihadapinya, karena BP memiliki
keahlian khusus dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan haruslah
humanis melalui sentuhan jiwa (rohani). Dengan demikian, diharapkan BP dapat
dijadikan tempat berdialog para siswa dalam mengahadapi suatu persoalan. Dengan
pendekatan ini maka siswa merasa dilindungi (diperhatikan).
e)
Pendekatan melalui biologi
Dalam
proses belajar mengajar guru biologi perlu menyisisipkan bahasan tentang bahaya
narkoba, free sex terhadap tubuh manusia. Dengan penjelasan yang disampaikan
guru diharapkan siswa betul-betul mengetahui akibatnya jika mereka mengonsumsi
narkoba dan melakukan sex bebas.
15
3. Penanganan di Lingkungan Masyarakat
Kepedulian
masyarakat terhadap masalah remaja perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara mengawasi kegiatan remaja dalam masyarakat. Kepedulian ini juga
dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada yang berwajib (polisi) jika
mengetahui adanya perdagangan obat terlarang, melakukan perkelahian,
minum-minuman keras ataupun melakukan tindakan kekerasan yang lainya.
Kepedulian masyarakat ini akan membantu dalam mengatasi permasahan kenakalan
remaja.
4. Penanganan oleh
Pemerintah
a)
Melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada remaja sampai ketingkat
pedesaan.
b) Meningkatkan dan membuka pelatihan-pelatihan untuk generasi muda.
c) Lebih mengaktifkan kembali kegiatan organisasi kepemudaan seperti karang taruna, KNPI, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain.
d) Memberikan hukuman yang berat kepada pengguna narkoba dan tindak kriminal.
b) Meningkatkan dan membuka pelatihan-pelatihan untuk generasi muda.
c) Lebih mengaktifkan kembali kegiatan organisasi kepemudaan seperti karang taruna, KNPI, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain.
d) Memberikan hukuman yang berat kepada pengguna narkoba dan tindak kriminal.
16
BAB IV
SIMPULAN
dan SARAN
A.
Simpulan
Kenakalan remaja adalah sikap yang
sangat negatif, banyak sekali dempak buruk dari kanakalan remaja yang
membahayakan remaja-remaja yang sedang berkembang, kegiatan itu hanya
buang-buang waktu dan kesempatan karena mereka melewatkan kesempatan
untuk berkarya dan menuntut ilmu guna meningkatkan taraf hidup mereka
juga.
banyak rintangan yang perlu kita sama –
sama sadari bahwa masih banyak para remaja bangsa ini yang masih terjerumus
masalah kenakalan remaja ini, padahal jika mereka tidak terjerumus dalam
masalah yang disebut kenakalan remaja ini , tentu mereka akan menjadi anak
bangsa yang berguna dan dapat berkarya dan menjadi anak bangsa yang kelak
menjadi pemimpin bangsa ini dan memajukan-nya, karena teman-teman kita ini bisa
belajar dan tidak berbuat yang tidak perlu yang tentu dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang lain.
Bayangkan saja jika semua remaja jarang
atau tidak melakukan tindakan yang disebut kenakalan remaja dan
memanfaatkan waktu , pikiran dan fisik mereka ke sesuatu yang positif seperti
membantu orang tua , belajar dan berdoa, bukan tidak mungkin kelak negara kita
menjadi negara yang maju karena para remaja nya kini menjadi pemimpin yang
sukses memajukan negerinya
Bangsa ini menantikan para penerusnya membawa nama Indonesia ke
negara lain dan mengharumkannya, bangsa ini pun menantikan inovasi-inovasi yang
dibuat oleh putra bangsa kelak dikemudian hari dengan tujuan menghapus
ketergantungan kepada negara lain menuju negara yang mandiri . Padahal para
pemimpin sadar bahwa masih banyak saudara – saudara kita yang tidak bersekolah
karena kemauan sendiri maupun karena keadaan
Harapan masyarakat terhadap remaja dapat dipenuhi melalui suatu proses berkesinambungan dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan. Sebagai hasil dari kinerja timbal balik yang majemuk antara pertumbuhan dari dalam dengan perangsangan dari lingkungan tergantung dari reaksi lingkungan dan pemahaman lingkungan terhadap munculnya perubahan-perubahan akan timbul atau tidak masalah bagi remaja.
17
B.
Kritik dan Saran
Sebagai remaja yang baik,mestinya harus
mengetahui, mana yang baik dan mana yang buruk, kita juga harus pintar
memilah-milah mana yang sebaiknya di ikuti atau diteladani dan mana yang
sebaiknya ditinggalkan,seperti yang kita ketahui Kenakalan remaja membuat masa
depan kita hancur,dengan sisi negatifnya kita akan terjerumus, menjadi seorang
remaja yang rusak,
Misalnya pada lingkungan sekolah, jika kita bergaul
dengan teman-teman yang menkonsumsi narkoba, dengan sifat yang mudah
terpengaruh, kita bisa dengan mudah mengikuti teman-teman kita itu, maka dari
itu seleksitif memilih teman harus dilakukan dengan baik, pergaulan dengan
teman-teman yang baik akan membawa kita ke jalan yang baik pula, dengan masa
depan cerah,mempunyai cita-cita dan selalu berinovatif menciptakan hal-hal baru
yang bermanfaat bagi seluruh lingkungan sekitar kita.
18
DAFTAR
PUSTAKA
Harian
Swara Kaltim tanggal 6, 7, 8 Januari 2004
http://oefy.blogmalhikdua.com
info@konseling.com
Prayitno. 2004a. Layanan Konseling Perorangan. Padang: Jurusan BK FIP UNP.
WS Winkel. 1985. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Gramedia.
http://oefy.blogmalhikdua.com
info@konseling.com
Prayitno. 2004a. Layanan Konseling Perorangan. Padang: Jurusan BK FIP UNP.
WS Winkel. 1985. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Gramedia.
19